Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada DBD, Fogging Tak Dianjurkan untuk Berantas Nyamuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang diakibatkan nyamuk Aedes Aegypti saat fenomena pemanasan suhu muka laut atau El Nino berlangsung.
Tak hanya itu, Kemenkes juga tak menganjurkan masyarakat menggunakan fogging untuk memberantas sarang nyamuk, lantaran dianggap tak efektif.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr. Imran Pambudi, MPHM mengakui cara fogging dianggap kurang efektif untuk memusnahkan sarang nyamuk.
“Meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk secara massal, berkesinambungan dan kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun,” ungkap dr. Imran, dalam keterangan resminya, Selasa (13/6/2023).
dr. Imran menegaskan pemberantasan nyamuk tidak dianjurkan dengan fogging. Pasalnya, fogging hanya berdampak sesaat dan efeknya bisa merugikan kesehatan manusia.
Selain itu, fogging dianggap sangat mencemari lingkungan dan membahayakanmanusia. Fogging juga dapat membuat nyamuk malah menjadi resisten atau kebal.
Cara pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah melalui vaksin dengue. Hal ini menjadi salah satu intervensi yang efektif dalam penanggulangan dengue di Indonesia. Saat ini ada dua jenis vaksin yang sudah mempunyai izin edar dari BPOM dan beredar di pasaran yaitu vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga.
“Kemenkes secara program bekerja sama dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memasukkan vaksin ini ke dalam vaksin program atau imunisasi dasar lengkap,” tambahnya.
Sementara itu, pemerintah juga mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi untuk mencegah terjadinya DBD, terutama dalam pemberantasan sarang nyamuk.
Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan 3M plus yaitu menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air, dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Plusnya adalah bagaimana mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk dengue seperti menanam tumbuhan pengusir nyamuk.
Tak hanya itu, Kemenkes juga tak menganjurkan masyarakat menggunakan fogging untuk memberantas sarang nyamuk, lantaran dianggap tak efektif.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr. Imran Pambudi, MPHM mengakui cara fogging dianggap kurang efektif untuk memusnahkan sarang nyamuk.
“Meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk secara massal, berkesinambungan dan kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun,” ungkap dr. Imran, dalam keterangan resminya, Selasa (13/6/2023).
dr. Imran menegaskan pemberantasan nyamuk tidak dianjurkan dengan fogging. Pasalnya, fogging hanya berdampak sesaat dan efeknya bisa merugikan kesehatan manusia.
Selain itu, fogging dianggap sangat mencemari lingkungan dan membahayakanmanusia. Fogging juga dapat membuat nyamuk malah menjadi resisten atau kebal.
Cara pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah melalui vaksin dengue. Hal ini menjadi salah satu intervensi yang efektif dalam penanggulangan dengue di Indonesia. Saat ini ada dua jenis vaksin yang sudah mempunyai izin edar dari BPOM dan beredar di pasaran yaitu vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga.
“Kemenkes secara program bekerja sama dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memasukkan vaksin ini ke dalam vaksin program atau imunisasi dasar lengkap,” tambahnya.
Sementara itu, pemerintah juga mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi untuk mencegah terjadinya DBD, terutama dalam pemberantasan sarang nyamuk.
Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan 3M plus yaitu menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air, dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Plusnya adalah bagaimana mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk dengue seperti menanam tumbuhan pengusir nyamuk.
(hri)